Mengikuti salah satu program Kampus Merdeka yaitu Kampus Mengajar tentunya memperoleh banyak pengamalan serta hal yang tidak terlupakan selama proses melaksanakan program. Ya itu lah yang saya rasakan, ada satu momen yang tidak akan pernah saya lupakan, momen yang sangat berharga selama mengikuti program Kampus Mengajar. Momen yang berharga itu adalah alhamdulillah saya bisa membuat seorang siswa yang sudah berhenti sekolah, untuk kembali melanjutkan sekolahnya. <img src="https://storage.googleapis.com/pmo-echo-api-example/testing/1700500383039_blob">Gambar 1. Putra Ujian Akhir di Rumah <img src="https://storage.googleapis.com/pmo-echo-api-example/testing/1700500429345_blob">Gambar 2. Hari pertama Sekolah setelah satu semester tidak masuk sekolah Ini bermula dari saya menjadi pengawas ujian akhir sekolah siswa kelas 6, dimana saya menjadi pengawas di salah satu ruangan ujian. Ketika saya mengambil absen siswa-siswi di ruangan ujian tersebut saya mendapatkan satu siswa yang tidak hadir, yaitu Putra (nama samaran). Dalam fikiran saya mungkin putra ini sakit atau ada halangan sehingga tidak bisa hadir mengikuti ujian. Namun, ketika hari ke 2 ujian putra juga tidak hadir, namun, tanpa di sengaja saya ketemu dengan orang tua Putra di kantor majelis guru. Ternyata orang tua Putra mengambil soal ujian akhir sekolah. Saya pun bertanya kepada orang tua Putra kenapa putra tidak sekolah, ternyata Putra sudah tidak masuk sekolah mulai dari awal semester 2, sehingga Putra melaksanakan ujian secara mandiri di rumah dengan cara didampingi oleh salah satu guru ke rumah Putra. Saya hanya bisa terdiam dan termenung dan diam sejenak. Saya tidak bisa bertanya dan mendampingi orang tua Putra, karena kebetulan hari ke 2 ujian saya juga menjadi pengawas ujian. Ketika di kos hal ini menjadi tanda tanya besar bagi saya, kenapa Putra tidak masuk dan melaksanakan ujian di sekolah seperti temannya yang lain. Akhirnya saya iseng memutuskan untuk bertanya kepada teman satu kelas nya, ketika teman satu kelasnya belajar sore di kos saya. Dari temannya saya memperoleh informasi bahwa Putra tidak lagi masuk sekolah dari awal semester 2 sampai ujian akhir sekolah, alasan Putra tidak bersekolah lagi ada satu permasalahan, sehingga bisa dikatakan membuat mentalnya down serta kehilangan semangat untuk bersekolah lagi. Saya hanya bisa terdiam mendengar penjelasan dari teman-temannya. Setelah mendengar cerita dari teman-temannya, didalam hati saya sembari berkata “pokoknya saya harus bisa membuat siswa ini masuk sekolah lagi, meski ujian akhir sekolah hanya tinggal beberapa hari lagi”. Hari ini hari ke 3 ujian akhir sekolah. Sembari menunggu orang tua Putra mengambil soal ujian ke kantor, Untuk memperoleh informasi lebih lengkap, saya banyak bertanya kepada wali kelas Putra dari kelas 1 sampai kelas 5. Dari informasi yang diberikan oleh wali kelas 1 sampai 5, Putra tidak mempunyai catatat buruk, tidak ada kenakalan yang sangat berat yang di perbuat Putra dari kelas 1 sampai kelas 5. Namun, karena ada satu kesalahan pada saat kelas 6 tepatnya di akhir semester 1, sehingga membuat Putra tidak mau melanjutkan sekolahnya. Kesalahan yang dilakukan Putra, serta pemberian punishment yang kurang tepat kepada Putra oleh wali kelasnya, sehingga membuat mental Putra menjadi down. Akhirnya orang tua Putra datang untuk menjemput soal ujian, saya meminta izin kepada kepala sekolah untuk ikut bersama orang tua Putra ke rumah sebagai pendamping ujian. Sesampainya di rumah Putra, ternyata Putra masih tidur di kamarnya. Lantas ibu Putra membangunkan Putra untuk melaksanakan ujian. Ketika Putra menghampiri saya, Putra hanya diam sambil menunduk, seolah-olah dia takut, dan tidak berani menatap atau melihat ke arah saya kita saya ajak berbicara. Putra tidak banyak bicara, hanya satu dan dua kata saja yang keluar darinya. Sembari Putra mengerjakan ujian, saya juga banyak bertanya kepada orang tua Putra untuk memperoleh informasi. Ibu Putra bercerita bahwa semenjak kasus atau kejadian yang di alami di sekolah, Putra menangis sambil membuka seragam sekolah dan berkata bahwa dia tidak mau bersekolah lagi. Semenjak itu Putra tidak mau bersekolah lagi, jangankan untuk pergi sekolah, melihat seragamnya saja siswa tersebut tidak mau. Setelah Putra selesai ujian, saya mencoba melakukan pendekatan secara perlahan kepada Putra. Saya memberikan motivasi, serta melakukan pendekatan yang lebih mendalam kepada Putra. Saya juga banyak bercerita kepada Putra. Ternyata saya dan Putra memiliki hobi yang sama, yaitu bermain voli. Saya pun mengajak Putra untuk bermain voli bersama. Setelah melakukan pendekatan dan pemberian motivasi, saya dan siswa membuat kesepakatan bahwa besok ujian dilakukan di sekolah, saya juga berjanji akan menjemput Putra ke rumahnya, agar bisa pergi barengan ke sekolah. Hari ini hari ke 4 ujian akhir sekolah, sesuai dengan janji saya kemaren, saya akan menjemput Putra untuk pergi ke sekolah. Sesampainya di rumah Putra, ternyata dia masih tidur, saya meminta izin kepada orang tuanya untuk membangunkannya ke kamar. Saya melakukan pendekatan dan pemberian motivasi lagi kepada Putra agar mau bersiap untuk ke sekolah. Setelah Putra mandi, dia hanya duduk termenung di ruang tamu, dia tidak mau melihat seragam sekolah yang sudah disiapkan orang tuanya di atas meja ruang tamu. Saya mencoba kembali melakukan pendekatan dan pemberian motivasi kembali kepada Putra, tetapi Putra juga tidak mau untuk memakai seragam sekolahnya. Saya pun berinisiatif untuk memakaikan seragam sekolahnya, mulai dari memasang baju, celana, dll. Setelah itu siswa tersebut duduk termenung kembali, tidak mau memasang sepatu, dia hanya duduk diam saja. Saya pun langsung memberikan motivasi lagi sembari memasangkan sepatunya. Melihat reaksi aku yang spontan seperti itu membuat orang tuanya berkata memakai bahasa daerah setempat bunyinya seperti ini “Ndee jo apo lah ka di baleh joso guru yang mode iko, lah mode tu guru ha nak, pai lah skolah lai nak”, jika di artikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “ dengan apa lah di balas jasa guru yang seperti ini, sudah seperti itu gurumu, pergi lah sekolah lagi Putra”. saya hanya bisa membalas perkataan orang tua siswa tersebut dengan senyum dan berkata “saya hanya perantara buk, semoga Putra kedepannya berubah yah buk”. Sesampainya di sekolah, teman-temanya Putra sangat senang dan antusias sekali menyambut kedatangannya. Hal ini menandakan bahwa hubungan Putra dengan teman-temannya sangat terjaga dengan baik. Setelah ujian berakhir saya menghampiri Putra untuk membuat janji lagi bahwa besok saya akan menjemput dia lagi ke rumah dan pergi bareng lagi ke sekolah. Besok adalah hari terakhir siswa kelas 6 untuk melaksanakan ujian akhir sekolah. Sesuai dengan janji saya di hari sebelumnya bahwa saya akan menjemput Putra kembali ke rumahnya. Sesampainya di rumah Putra, saya tidak menemukan Putra di rumah, rumahnya pun kosong. Saya langsung menuju ke sekolah, sesampai di gerbang sekolah saya sudah di tunggu didepan gerbang oleh Putra. Ternyata dia siswa yang pertama datang ke sekolah hari itu. Putra menyapa saya sambil tersenyum dan berkata “selamat pagi pak” sambil bersalam dengan saya. Seketika saya merasa terharu dan merinding melihat perubahan Putra, dimana dia sudah berhasil menemukan jati dirinya yang sudah hilang, berhasil untuk bangkit dari keterpurukan, berhasil derdamai dengan diri sendiri dan lingkungan, berhasil untuk keluar dari zona nyaman dirinya. <img src="https://storage.googleapis.com/pmo-echo-api-example/testing/1700500729175_blob">Gambar 3. Prestasi Putra setelah melanjutkan sekolah dari SD ke salah satu Pondok Pesantren Setelah lulus dari SD ternyata Putra melanjutkan sekolahnya ke salah satu pondok pesantren. Gambar 3 menggambarkan prestasi Putra selama di pesantren, dimana Putra memperoleh 2 penghargaan sekaligus. Penghargaan pertama yaitu sebagai santri teladan tahun 2023, dan penghargaan ke 2 sebagai juara umum. Saya sangat senang mendapat kabar tersebut, bangga sekali melihat perkembangan dan kemajuan yang di peroleh oleh Putra. Putra telah berhasil menunjukan kepada dunia bahwa dia bisa bangkit dan merubah sudut pandang orang terhadap dirinya. Kampus Mengajar banyak memberikan impact positive terhadap pendidikan di Indonesia. Mahasiswa bisa berhubungan langsung dengan siswa-siswi di sekolah, melihat potensi yang dimiliki setiap siswa-siswi. Tidak hanya mahasiswa yang menerima impact dari program Kampus Mengajar, tetapi semua sektor mendapatkan impact dari program Kampus Mengajar, mulai dari Perguruan Tinggi asal mahasiswa Kampus Mengajar, sekolah, guru di sekolah, serta masyarakat sekitar penugasan. #KampusMengajar#BelajarSambilBerdampak

Forum Category

Thread Terkait

Thread Popular