Kontribusi sosial (konsos) merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam modul nusantara yang wajib dilaksanakan pada akhir program pmm yang kita jalani. <img src="https://storage.googleapis.com/pmo-echo-api-example/testing/1720721318675_blob"> Kabupaten Simalungun menjadi pilihan kelompok kami karonese untuk melakukan kontribusi sosial tepatnya di salah satu Nagori (desa) yang berada di kecamatan Silimakuta yaitu Nagori Sibangun Maria. Pada tanggal 9 Januari berangkatlah saya bersama bang Reynaldi (teman kelompok saya) dan bang Nando (Lo kelompok MN Karonese) untuk observasi tempat terlebih dahulu. Start dari Medan pukul 1 siang tiba di Situri-turi pukul 5 sore. Kami disambut hangat oleh orang tua dari teman bang Nando kemudian diantar menggunakan mobil pick up ke rumah pak kades untuk survey mendalam tentang apa sekiranya problem yang dihadapi masyarakat di daerah tersebut yang kemudian bisa kami ringankan dalam bentuk proker konsos. Usai puas bercengkrama dengan pak kades kami kemudian bergegas karena diajak makan malam di pasar oleh tulang (panggilan paman dalam bahasa batak) karena katanya di pasar tersebut makanan 100% halal bisa saya makan sebagai muslim. Betapa tinggi toleransi tulang ini sampai ke makanan pun beliau perhatikan. Pukul 11 malam kami kembali ke rumah tulang untuk beristirahat . Nantulang ( panggilan Tante / bibi dalam bahasa batak) memberikan kami masing-masing satu selimut dikarenakan suhu di tempat tersebut 18°C bahkan 16°C pada pagi hari. Sebenarnya dinginnya udara sudah dicairkan oleh kehangatan sikap dari tulang dan nantulang ini. Pagi harinya saya terbangun dan teh hangat sudah disuguhkan oleh nantulang, ah nikmat mana lagi yang kami dustakan kalau begini. Pukul 10 siang kami berpamitan pulang meski hujan, di tengah perjalanan pulang kami singgah di penatapan Berastagi untuk menikmati Indomie kuah sembari menghibur diri dengan menyaksikan tingkah monyet yang turut nongkrong di tempat tersebut. Konon anak muda-mudi Medan kala gabut suka berkunjung ke tempat ini hanya untuk makan Indomie lalu pulang. Cuaca memang tak sama rata di muka bumi, setibanya di Medan ternyata matahari begitu terik tiada tanda tanda hujan telah bertamu. Sore hari kami lanjut rapat di cafe Noerani kopi membicarakan hasil observasi di Nagori Sibangun Maria dan langkah selanjutnya. Hasil urung rembuk itu kemudian tertatalah beberapa proker dengan penanggung jawab dan sasarannya masing masing yaitu untuk anak sd, ibu hamil, kelompok tani, dan masyarakat secara umum. Tanggal 13 Januari kita rapat pemantapan lagi biar pas turun lapangan konsosnya maksimal. Tapi semuanya tidak berjalan mulus, pada tanggal 14 (H-1) ternyata surat kita belum masuk ke pak kades dan kami was-was konsos ini batal karena tidak ada kabar lagi dari pak kades. Sehingga dengan cukup nekat beberapa teman-teman memutuskan untuk ke Nagori tersebut lebih dulu. Pada pukul 10 malam barulah mereka berkabar bahwa fix kita bisa terjun untuk konsos keesokan harinya. Bahkan matahari masih malu-malu muncul, kami sudah bergegas semua ke Nagori dan tiba pukul 10 yang mestinya kegiatan sudah kita mulai dari pukul 8, namun lagi-lagi kemuliaan hati pak kades beliau mengerti perjalanan kami. Setelah kegiatan dibuka secara resmi oleh pak kades beserta dengan sambutannya, kami pun segera bergegas melaksanakan proker sesuai tanggung jawab masing-masing. Saya kebagian proker sosialisasi terkait pH tanah beserta bagaimana praktikum penggunaan soil meter, dan plot twist ketua kelompok tani yang turut jadi peserta ternyata merupakan ahli / peneliti di bidang pertanian akan tetapi dengan keramahannya beliau begitu aktif bertukar tentang pengalamannya juga tentunya diimbangi oleh teman saya yang bernama Dania ( Si gadis lincah dan jenius dari Unsoed), jadi saya cukup menyimak dan menyerap pertukaran ilmu antara mereka. Aksi pandawara (gotong royong bersihkan lingkungan) merupakan penutup dari kegiatan kami dalam sehari mengabdi di Nagori Sibangun Maria. Kami kemudian beristirahat melepas penat seharian di salah satu warung sambil bercengkerama dengan pak Kades dan warga sekitar, beliau katanya begitu bersyukur atas kehadiran kami yang berasal dari berbagai penjuru Nusantara karena menurutnya kami akan berdampak positif dengan memberi contoh kegiatan positif di Nagorinya. Setelah itu kami ke rumah tulang (bapak dari teman Abang Nando) untuk makan malam. Dari sekian kalinya kami makan bersama, pada malam itulah vibes makan malam terasa begitu berarti mungkin karena kami menyadari bahwa kita telah berada di titik titik akhir kebersamaan sebelum kembali ke daerah asal masing-masing. Begitulah singkatnya cerita kontribusi sosial yang kami kelompok karonese laksanakan dalam sehari namun selalu teringat di tiap langkah saya kini. Syukurlah selama ini saya selalu mengabadikan moment-moment penting pmm di akun Instagram (@marianijanhar_) sehingga bisa saya kenang selamanya.

Forum Category

Thread Terkait

Thread Popular